Hati manusia terbagi menjadi dua sisi yang berlawanan. Sisi baik dan buruk. Sisi baik yang dinaungi oleh Tuhan, dan sisi buruk yang dinaungi oleh syetan. Hati mencerminkan pribadi dalam diri seseorang. Hati tidak dapat kita lihat secara wujud nyata, tapi hati dapat kita lihat dari amal perbuatan seseorang. Manusia dibekali Tuhan dengan hati, akal, dan pikiran yang semuanya harus kita satukan dalam mempergunakannya. Tidak bisa kita pisah-pisahkan antara hati, akal, dan pikiran. Pikiran membentuk suatu rencana dalam diri kita, sebuah misi. Akal menentukan arah perbuatan dari pikiran kita, sebuah visi. Sedangkan hati yang akan memberikan rasa, perasaan yang akan memilah-milah baik dan buruk akibat dari akal dan pikiran kita. Itulah gunanya hati. Sebagai saringan.
Dalam setiap diri manusia sebenarnya tidak ada sesuatu hal yang buruk yang dibawanya. Hanya saja hal buruk terjadi ketika manusia tidak menggunakan hati, akal, dan pikiran secara bersamaan dengan baik. Artinya hati tidak digunakan untuk merasakan, akal dan pikiran tidak digunakan untuk berbuat dan merencanakan. Atau kita hanya melakukan sesuatu berdasarkan salah satu dari ketiga unsur tersebut. Kita melakukan sesuatu tanpa kita rencanakan, kadang kita merencanakan sesuatu tanpa kita mengaplikasikannya, dan kadang kita melakukan rencana kita tanpa dapat merasakan akibatnya.
Sebenarnya manusia dibekali akal yang baik, pikiran yang baik, dan hati yang bersih. Namun terkadang manusia suka salah kaprah dalam menggunakan ketiga unsur tersebut. Tuntutan hidup selalu membawa manusia kedalam dilema. Sering kali terjadi kesalah pahaman antara hati, akal, dan pikiran. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan menciptakan si miskin kalau Dia tidak menciptakan si kaya, Tuhan tidak akan menciptakan si malas kalau Dia tidak menciptakan si rajin. Jadi setiap hal dalam hidup ini sebenarnya baik. Hanya saja hati manusia sering kali dibutakan oleh hasutan-hasutan syetan. Sehingga hati berburuk sangka pada segala ciptaan yang sudah baik ini. Akal tidak lagi mampu untuk berbuat dan pikiran tidak lagi mampu untuk merangsang. Serta hati tidak mampu lagi untuk dapat merasakan.
Andai saja manusia lebih bijak dalam menyikapi hidup ini. Aku yakin tidak akan ada manusia yang salah jalan atau salah dalam melangkah. Setiap manusia akan memikirkan, setiap manusia akan merasakan, dan setiap manusia akan berbuat sesuatu yang baik bagi kepentingan bersama.
Si miskin menggunakan pikirannya untuk merencanakan hidup yang lebih baik. Mencoba menggunakan akalnya untuk berbuat baik, berusaha, dan bekerja keras. Kemudian menggunakan perasaannya untuk lebih bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah ia dapatkan. Si kaya menggunakan pikirannya untuk membuat hal-hal yang tidak bisa didapatkan si miskin. Menciptakan lapangan pekerjaan, mendirikan istana-istana pendidikan, dan lain sebagainya. Kemudian menggunakan akalnya untuk berbuat sesuatu demi memperjuangkan kehidupan orang banyak. Sedekah, beramal, dan lain-lain. Kemudian hatinya ia gunakan untuk merasakan penderitaan yang tidak pernah ia rasakan dari si miskin. Hidup sederhana, dermawan, dan peduli terhadap sesama. Begitu indah dunia saat dimana semua itu ada. Hmmmm…
Bukan hanya si miskin dan si kaya. Begitupun dengan dua hal yang saling bertolak belakang lainnya. Misalnya si malas dan si rajin, si hitam dan si putih, si kampung dan si kota, dan masih banyak yang lainnya. Semuanya berjalan selaras, tidak ada lagi perbedaan derajat manusia. Karena sesungguhnya di mata Tuhan derajat manusia itu sama. Yang membedakan hanyalah amal perbuatannya. Jangan pernah ragu untuk berbuat baik. Jangan pernah takut untuk menolong sesama. Karena Tuhan tidak akan mengambil satu sen pun dari harta-harta kalian, dan Tuhan tidak akan meneguk satu tetes pun dari kenikmatan-kenikmatan yang Ia berikan untuk kalian. Karena sesungguhnya, segala yang tercipta di langit dan dibumi ini adalah milik-Nya.
Benar dan salah itu mutlak! Sedangkan baik dan buruk tidak akan pernah sama, akan selalu bergeser antara kebaikan yang satu dengan kebaikan yang lainnya, akan selalu berbeda antara keburukan yang satu dengan yang lainnya. Ketika seseorang mencuri, itu sudah jelas salah. Tapi bukan berarti tidak baik. Seorang pencuri, mencuri sesutau hanya untuk membeli sesuap nasi bagi keluarganya, atau mencuri sesuatu untuk membeli susu untuk anaknya yang baru lahir, itu adalah sebuah kebaikan dari seseorang, yang buruk hanyalah caranya yang salah. Disitulah kita perlu hati untuk menyaring. Untuk membentengi dari yang salah. Untuk menela’ah mana yang salah dan benar. Seorang laki-laki mencari nafkah dengan bekerja untuk keluarganya dirumah, membahagiakan keluarganya di rumah, membantu sodara-sodaranya yang membutuhkan, tapi uang yang ia dapat bukan hasil dari kerja kerasnya, melainkan hasil dari kecurangan. Apa itu kebaikan? Tidak! Itu adalah keburukan. Dan itu salah! Maka dari itu kita perlu hati! Tidak semua kebaikan dikatakan baik, tidak semua keburukan dikatakan buruk. Tapi benar dan salah itu sudah pasti. Maka berbuatlah kebaikan dengan cara yang benar. Dengan dibekali hati yang bersih.
***
note: tolong berikan reaksi atau komentar agar penulis dapat berintrospeksi terhadap postingan-postingan berikutnya... terima kasih!!!
cipta rasa karsa. hohoho
BalasHapus